OBJEK WISATA DI KOTA BANJAR
Situ Mustika
Jelajahilah pesona alam Situ Mustika
dengan bersepeda air mengelilingi danau. Kejenuhan sehari-hari yang Anda
rasakan bisa langsung sirna ketika keindahan alam sekitar terbentang di hadapan
Anda. Udaranya yang sejuk dan konfigurasi lahan yang berbukit sangat cocok
sebagai tempat untuk rekreasi bersama keluarga.
Bagi Anda yang suka berpetualang,
hutan wisata seluas 5 ha ini terbuka untuk Anda eksplor. Hutan yang sudah
ditetapkan oleh Perum Perhutani sebagai objek wana wisata pada tahun 1985 ini
tidak saja menawarkan keindahan hutan, namun juga pulau yang ada di tengah
danau.
Lokasi: Kecamatan Cisaga, Kota
Banjar
Koordinat : 7° 21' 28" S, 108°
31' 57" E
Arah: 3 km dari Kecamatan
Cisaga, 1 km dari Kabupaten Banjar, dan 27 km dari Ciamis. Kondisi jalan
umumnya beraspal dan baik, sehingga dapat dilalui kendaraan roda dua dan empat.
Sarana transportasi umum yang ada adalah colt dan bus.
Fasilitas: Fasilitas yang tersedia
di dalam wana wisata ini adalah papan petunjuk, pos jaga, loket karcis, tempat
parkir, jalan setapak, instalasi air bersih, MCK, bangku, dan musholla.
Banjar Water Park
Banjar
Water Park, adalah sebuah objek wisata air di Kota
Banjar dan termasuk salah satu yang terbesar di Priangan Timur. Terletak di
daerah Parunglesang, Kota Banjar.
Harga
tiket masuk Banjar Water Park :
Week
End
Dewasa
Rp 17.000
Anak
Rp 15.000
Week
Day
Dewasa
Rp. 12.000
Anak Rp. 10.000
Banjar
Water Park (BWP) ini mempunyai banyak wahana-wahana rekreasi serta
fasilitas-fasilitas yang baik diantaranya adalah :
Tempat
Karcis,Ruko Tempat untuk berbelanja makanan dan keperluan berenang, Mushola, Information Center Dilengkapi dengan music dan pertunjukan
kebudayaan Jawa Barat.
Aqua
Play
Wahana
ini adalah tempat bermain anak-anak karena memiliki kedalaman kolam sekitar 1
meter, dilengkapi dengan perosotan kecil melingkar dan terdapat cup besar yang
menampung air apabila terpenuhi maka cup tersebut
akan jatuh, sehingga air menjadi seperti berhamburan.
Lazy River
Wahana
ini dilengkapi water track sepanjang hampir 20 meter, dengan bentuk melingkar.
Disini kita bisa memakai ban yang disediakan dengan membayar Rp 5000/ban, dan
memakainya dengan santai mengitari jalur yang sudah disediakan.
Super
Bowl & Boomerang
Wahana
ini merupakan wahana utama Banjar Water Park, dan wahana yang paling digemari
oleh para pengunjung. Dengan menggunakan ban, kita bisa bermain di wahana ini yang
tinggi perosotannya hampir 15 meter, berputar-putar di lorong perosotan, dan
akirnya terjun ke kolam air. Membuat adrenalin kita terpacu. Dan ini sangat
mengesankan.
Flying Fox
Disamping
arena bermain air. Di BWP juga terdapat arena Flying Fox, dari ketinggian
hampir 7 Meter dan melintasi wahana-wahana lainnya yang membuat jantung kita
berdebar-debar.
Kolam
Prestasi
Kolam
ini adalah kolam berstandar Internasional, untuk para atlet renang berlatih,
ada 2 kolam prestasi, yaitu untuk loncat indah dan lomba renang. Untuk lomba
renang memiliki panjang sekitar 15 meter dan kedalaman 4 Meter. Sedangkan untuk
Loncat indah memiliki panjang sekitar 7 meter dan kedalaman sekitar 5 meter.
Membuat kolam ini sangat digemari para atlit untuk berlatih.
Gazebo
Tempat
beristirahat para pengunjung dengan ruangan seperti kubah menjulang keatas, dan
terdapat tempat duduk yang nyaman. Membuat para pengunjung akan merasa enak
beristirahat disana.
Saung
Khas Sunda
Saung
tempat beristirahat ataupun makan-makan bersama keluarga dengan konsep tempat
khas suku Sunda, yaitu lesehan.
WADUK
SITU LEUTIK
Saat ini Kota Banjar telah mempunyai satu bangunan air yang cukup mahal, yaitu Situ Leutik. Situ
Leutik namanya, mempunyai fungsi sebagai embung/situ/bendungan/waduk. Dikatakan
embung karena sebelum di bangun dahulunya berupa kumpulan kolam-kolam milik
rakyat setempat. Terus dikatakan Situ karena areal permukaan airnya cukup luas
yaitu sekitar 3 hektar dengan kedalaman rata-rata 6 m, sehingga bila dilihat
sepintas mirip seperti danau. Dan Situ Leutik ini juga mempunya konsep
bendungan dimana inletnya berasal dari suatu sungai kecil “solokan”. Kemudian
juga disebut waduk karena situ ini berfungsi untuk menyimpan air dikala musim
hujan, dan digunakan untuk air irigasi ketika musim kemarau tiba.
Pembangunan Situ
Leutik ini merupakan salah satu mega proyek yang sedang dilaksanakan Pemkot
Banjar, karena nilainya yang bermilyar-milyar rupiah. Karena disaat yang
bersamaan Pemkot Banjar juga sedang membangun sebuah jembatan layang “fly over
“ di Kecamatan langensari. Dimana jembatan dibangun untuk menyeberangi rel
kereta yang dahulunya tidak memiliki pintu, sehingga dengan kerawanan
kecelakaan ini dinas PU Banjar merasa pelu membangun fly over terlebih
perlintasan rel kereta api ini
terletak di pusat keramaian “dayeuh” kecamatan langensari.
Jadi bisa
terlihat disini bahwa pembangunan-pembangunan yang dilakukan Pemkot Banjar,
berasal dari visi yang cemerlang, betul-betul pemikiran yang futuristik.
Ya,semoga saja pembangunan-pembangunan ini memberikan manfaat yang sangat luas
bagi kota Banjar.
Kembali ke Situ Leutik
Situ Leutik
terletak di kawasan yang berada di Dusun Pasirnagara dan Babakan Pace Desa
Cibeureum, Kecamatan Banjar. Aksesnya cukup jauh dari pusat kota Banjar ± 20
menit ,bisa lewat balokang bisa juga lewat Ampel Koneng. Dahulunya daerah ini
banyak sekali kolam-kolam milik rakyat, sampai akhirnya dinas PU Banjar
mempunya gagasan untuk menjadikannya sumber pengairan. Proyek ini dimulai pada
Tahun Anggaran 2007/2008, dan mempunyai nilai 12 milyar, namun saat ini (2011)
dana yang terserap baru sejumlah 8 milyar rupiah. Hal ini terjadi karena adanya
penghentian sementara proyek, sehingga sampai saat ini Situ Leutik belum lah
100 % rampung. Anggaran yang digunakan untuk pembangunan waduk Situ Leutik ini
semuanya bersumber dari APBD Pemprv Jabar,
bukan menggunakan APBD Kota Banjar. Pemprov Jabar merealisasikan usulan ini
karena telah dikaji secara matang oleh Pemkot Banjar dan Pemprov Jabar.
Kemudian Pemkot Banjar lewat dinas PU-nya (pelaksana teknis pembangunan)
merekrut konsultan senilai 100 juta
rupiah, setelah dilakukan kajian terhadap lokasi rencana konsultan itu
menyatakan daerah yang direncanakan cukup potensial untuk dijadikan water storage yang mempunyai fungsi irigasi.
Kemudian semua
pihak akhirnya sepakat, terutama para petani pasti akan mendukung sekali
pembangunan waduk ini. Karena yang selama ini sawahnya hanya bisa tanah padi
sekali setahun ( sawah tadah hujan), maka diharapkan dengan adanya pengairan
dari waduk itu, sawah para petani bisa melakukan penanaman padi 3 kali dalam
satu tahun. Herman Sutrisno selaku
walikota Banjar menegaskan waduk ini akan mengairi areal sawah seluas 200
hektar meliputi desa Cibeureu, Balokang, dan Jajawar. Namun saat ini yang sudah
dirasakan baru dapat melayani areal sawah seluas 100 hektar.
Infrastruktur
itu sengaja dibangun sebagai tempat penampungan air yang didedikasikan untuk
pengairan, dan selebihnya untuk sarana wisata air guna melengkapi objek wisata
di Kota Banjar. Ya memang potensial sekali menjadi obyek wisata bila digarap
dengan baik dan serius. Situ Leutik bisa menjadi obyek wisata baru di
wilayah Kota Banjar bagian barat. Nantinya disini bisa dijadikan tempat
bersantai dan pemancingan terbesar di kota Banjar, ribuan benih ikan telah ditebar
oleh instansi terkait. Begitu juga tanaman pun sudah ditancapkan, semoga saja
dalam beberapa tahun yang tidak lama, kawasan waduk Situ leutik sudah rimbun
dengan pepohonan.
Di 3 tahun
pertama, pembangunan waduk terbilang lancar. Pembebasan tanah tidak ada halangan
berarti. Di tahun pertama pemerintah mulai membebaskan lahan seluas dua belas
hektare untuk situ dan bagian penunjangnya. Tentu saja proses itu dilakukan
secara bertahap. Tidak ada catatan resmi dari Pemkot Banjar berapa dana yang
digelontorkan pemerintah untuk pembebasan lahan tersebut. Namun, berdasarkan
perkiraan Koordinator Walhi Priangan Timur Asep Nurdin, untuk pembebasan lahan
setidaknya Pemkot mengucurkan dana sebe-sar Rp 3,780 miliar. Perkiraan tersebut
muncul karena harga tanah di sana berkisar antara Rp 450.000 hingga Rp 500.000
per bata (1 bata setara dengan 14 meter persegi).
Memasuki tahun
ke-4 (2011) masalah muncul ke permukaan, media memberitakan sangat kencang
mengenani pembangunan waduk ini. Berbagai elemen masyarakat mulai merasakan
adanya keganjilan pada proyek ini. Bahkan menurut salahsatu LSM yang melakukan
evaluasi menilai pembangunan waduk ini tidak efisien dan disinyalir ada
indikasi penggelembungan dana atau mark up.
Mereka tidak
mengkritisi soal ganti rugi tanah, mereka lebih menyoroti sisi manfaat dari
waduk itu sendiri. Ada keraguan waduk ini bisa melayani ratusan hektar sawah.
Menurut Asep Nurdin -juga Jajang Kandar (koordinator Aliansi Masyarakat Peduli
Banjar)-, air yang akan dialirkan ke situ tak berasal dari sungai besar tetapi
dari sungai (tepatnya disebut selokan) mungil bernama Cibonte tadi. Lebar
selokan Cibonte hanya 1,5 meter dan debitnya hanya 50 meter kubik/detik pada
musim hujan. Hulu Cibonte bukan dari pegunungan, melainkan dari permukiman dan
hutan rakyat. Dengan demikian, Cibonte akan kering jika hujan tak turun selama
beberapa bulan.
Kemudian, air
tampungan di waduk di musim kemarau tidak bisa bertahan lama. Menurut salah
seorang petani setelah memasuki musim kemarau selama 1 bulan debit air menurun
sebesar 50 %. Ini bisa jadi karena resapan air yang tinggi di daerah itu karena
apabila penyusutan diakibatkan evaporasi pasti jumlahnya kecil. Terlihat
tanah-tanah disekitar masih gersang dan tanaman-tanaman baru saja ditanam,
namun belum ada penelitian lanjutan mengenai karakteristik tanah disini apakah
berpori atau tidak.
Jajang Kandar,
Koordinator AMPB dan Ginandjar WS, Sekjen DPD SHI mengatakan, setelah mereka
melakukan pengkajian bersama disimpulkan bahwa Situ Leutik memiliki fungsi yang
kecil dan tak sebanding dengan anggaran yang dikucurkan. “Angka Rp 8 M terlalu
besar,” tegas keduanya yang didukung pula oleh Koordinator Walhi Priangan Timur
Asep Nurdin dan Titin Kurniatin dari Paguyuban Bale Rahayat.
Bila dikaji
aspek hidrologinya, waduk ini mempunyai banyak kekurangan dimana inlet (
masukan air) berasal dari sungai kecil yang mempunyai debit rendah, dan itu
juga hanya lancar mengalir ketika musim hujan saja. Sumber air sungai ini
seperti disebut diawal berasal dari hutan rakyat dan pemukiman masyarakat, jadi
bukanlah berasal dari hulu suatu gunung/bukit.
Dan diketahui
catchment area-nya (daerah tangkapan air) sedikit. Ditambahkan menurut LSM
tersebut “Perkiraan kami, Situ Leutik hanya memiliki catchment area sepuluh
hektare. Ini sangat resisten terhadap keutuhan hutan tangkap air. Padahal,
idealnya, sebuah danau sedikitnya memiliki catchment area seluas 25 hektare.
Setelah ditelusuri, letak geografis situ ternyata berada di wilayah aliran
sungai kecil, bukan di wilayah ordo 1 dan 2 subdaerah aliran Sungai Ciseel dan
Citanduy “.
Meskipun kondisi
hidrologinya sangat lemah, dinas PU terus berupaya memperbaiki saluran drainasi
di kawasan desa Cibeureum, yang tadinya dasar saluran dari tanah dan dindingnya
tidak diperkuat, ssekarang dibenahi dengan menggunakan pasangan batu kali.
Mungkin disini harapannya laju run off semakin tinggi dan meminimalisir
infiltrasi, dengan begitu air hujan dialirkan ke waduk Situ Leutik semakin
banyak.
Dengan melihat
sendiri dari lokasi dan juga dari pemberitaan media massa, kalau saya simpulkan
proyek ini sebenarnya menggantung dan tidak diketahui kejelasannya. Tidak tahu
kelanjutan dari fungsi waduk itu sendiri, yang digembor-gemborkan diawal yaitu
sebagai sarana pengairan (irigasi) dan wisata.
Menjawab
berbagai kritikan dari masyarakat, Ir. H. Ojat Sudrajat, Kepala Dinas Pekerjaan
Umum Kota Banjar membenarkan bahwa selama ini, projek tersebut sudah menyerap
anggaran hingga Rp 8 M. Tetapi penggunaannya, kata dia, sangat bisa
dipertanggungjawabkan. Ojat bahkan mengklaim bahwa pembangunan bendungan dan
jaringan irigasi di Banjar menyerap anggaran relatif sedikit dibandingkan
dengan pembangunan bendung di wilayah lain dengan kapasitas yang sama. “Apapun,
saya berani mengatakan bahwa pembangunan situ mempunyai dampak yang sangat
besar, mengingat Kota Banjar sangat minim tersedianya sumber mata air,” kata
Ojat. Apakah pernyataan pak Ojat ini benar di kemudian hari??kita nantikan
saja…
Dan juga Atas
pertimbangan kelemahan-kelemahan waduk Situ Leutik ini , dengan gagah berani
mereka (LSM) mendesak DPRD Kota Banjar untuk menghentikan sementara pembangunan
situ, melakukan kaji ulung, dan membentuk Panitia Khusus Situ Leutik.
Dan akhirnya
sekarang proyek ini terhenti, tidak ada lagi geliat pembangunan disana.
Seolah-olah tidak ada lagi perawatan, karena sepenglihatan saya disana tidak
ada kantor khusus untuk maintenance atau operasional waduk. Jalan akses dari
pintu utama pun belum selesai dibangun, perkerasannya baru berupa fondasi
bebatuan, belum diberikan perkerasan lentur ( aspal). Dengan begitu sekarang
belum banyak orang menuju kesana karena memang akses jalannya belum memadai dan
promosi pun belum ada. Bisa disimpulkan proyek ini menggantung dan tidak
diketahui kejelasannya.
- Mampukah
waduk yang sudah menggelontorkan uang 8 milyar ini melayani sawah-sawah
rakyat guna menggenjot produksi padinya?
- Mampukah
instansi terkait memelihara asset berharga ini?
- Mampukah
Pemkot Banjar menjadikan Waduk Situ Leutik menjadi Sarana rekreasi/wisata
baru?
Kalo saya
pribadi sih apapun yang akan terjadi, misal ternyata waduk malfungsi untuk
mengairi sawah. Pihak terkait harus mengusahakan agar si waduk benar2 bisa
memberikan manfaat sesuai tujuan utamanya yaitu irigasi, soalnya sangat syang
sekali dana yang keluar begitu besar namun tak ada manfaat signifikan bagi
warga, karena kalo hanya untuk obyek wisata nilai 8 M sangatlah tidak wajar,
mending dialihkan ke pembangunan lainnya yang lebih bermanfaat. Jangan jadikan
aset besar ini mubadzir!!
Bagi yang merasa
warga Banjar ada baiknya mengunjungi situ ini, yah sekedar memancing atau
foto-foto. Ini loh produk Banjar, mari kita jadikan sebagai tujuan wisata.
Belum ada tanggapan untuk "Objek Wisata di Kota Banjar"
Post a Comment