Friday, 25 April 2014

Objek Wisata di Kota Banjar




OBJEK WISATA DI KOTA BANJAR

Situ Mustika

Jelajahilah pesona alam Situ Mustika dengan bersepeda air mengelilingi danau. Kejenuhan sehari-hari yang Anda rasakan bisa langsung sirna ketika keindahan alam sekitar terbentang di hadapan Anda. Udaranya yang sejuk dan konfigurasi lahan yang berbukit sangat cocok sebagai tempat untuk rekreasi bersama keluarga.
Bagi Anda yang suka berpetualang, hutan wisata seluas 5 ha ini terbuka untuk Anda eksplor. Hutan yang sudah ditetapkan oleh Perum Perhutani sebagai objek wana wisata pada tahun 1985 ini tidak saja menawarkan keindahan hutan, namun juga pulau yang ada di tengah danau.

Lokasi:  Kecamatan Cisaga, Kota Banjar
Koordinat : 7° 21' 28" S, 108° 31' 57" E
Arah:  3 km dari Kecamatan Cisaga, 1 km dari Kabupaten Banjar, dan 27 km dari Ciamis. Kondisi jalan umumnya beraspal dan baik, sehingga dapat dilalui kendaraan roda dua dan empat. Sarana transportasi umum yang ada adalah colt dan bus.
Fasilitas: Fasilitas yang tersedia di dalam wana wisata ini adalah papan petunjuk, pos jaga, loket karcis, tempat parkir, jalan setapak, instalasi air bersih, MCK, bangku, dan musholla.

Banjar Water Park

Banjar Water Park, adalah sebuah objek wisata air di Kota Banjar dan termasuk salah satu yang terbesar di Priangan Timur. Terletak di daerah Parunglesang, Kota Banjar.
Harga tiket masuk Banjar Water Park :
Week End                                 
Dewasa       Rp 17.000
Anak           Rp 15.000
Week Day
Dewasa       Rp. 12.000
Anak          Rp. 10.000

Banjar Water Park (BWP) ini mempunyai banyak wahana-wahana rekreasi serta fasilitas-fasilitas yang baik diantaranya adalah   :

Tempat Karcis,Ruko Tempat untuk berbelanja makanan dan keperluan berenang, Mushola, Information Center Dilengkapi dengan music dan pertunjukan kebudayaan Jawa Barat.
Aqua Play
Wahana ini adalah tempat bermain anak-anak karena memiliki kedalaman kolam sekitar 1 meter, dilengkapi dengan perosotan kecil melingkar dan terdapat cup besar yang menampung air apabila terpenuhi maka cup tersebut akan jatuh, sehingga air menjadi seperti berhamburan.
Lazy River
Wahana ini dilengkapi water track sepanjang hampir 20 meter, dengan bentuk melingkar. Disini kita bisa memakai ban yang disediakan dengan membayar Rp 5000/ban, dan memakainya dengan santai mengitari jalur yang sudah disediakan.
Super Bowl & Boomerang
Wahana ini merupakan wahana utama Banjar Water Park, dan wahana yang paling digemari oleh para pengunjung. Dengan menggunakan ban, kita bisa bermain di wahana ini yang tinggi perosotannya hampir 15 meter, berputar-putar di lorong perosotan, dan akirnya terjun ke kolam air. Membuat adrenalin kita terpacu. Dan ini sangat mengesankan.
Flying Fox
Disamping arena bermain air. Di BWP juga terdapat arena Flying Fox, dari ketinggian hampir 7 Meter dan melintasi wahana-wahana lainnya yang membuat jantung kita berdebar-debar.
Kolam Prestasi
Kolam ini adalah kolam berstandar Internasional, untuk para atlet renang berlatih, ada 2 kolam prestasi, yaitu untuk loncat indah dan lomba renang. Untuk lomba renang memiliki panjang sekitar 15 meter dan kedalaman 4 Meter. Sedangkan untuk Loncat indah memiliki panjang sekitar 7 meter dan kedalaman sekitar 5 meter. Membuat kolam ini sangat digemari para atlit untuk berlatih.
Gazebo
Tempat beristirahat para pengunjung dengan ruangan seperti kubah menjulang keatas, dan terdapat tempat duduk yang nyaman. Membuat para pengunjung akan merasa enak beristirahat disana.
Saung Khas Sunda
Saung tempat beristirahat ataupun makan-makan bersama keluarga dengan konsep tempat khas suku Sunda, yaitu lesehan.

WADUK SITU LEUTIK

Saat ini Kota Banjar telah mempunyai satu bangunan air yang cukup mahal, yaitu Situ Leutik. Situ Leutik namanya, mempunyai fungsi sebagai embung/situ/bendungan/waduk. Dikatakan embung karena sebelum di bangun dahulunya berupa kumpulan kolam-kolam milik rakyat setempat. Terus dikatakan Situ karena areal permukaan airnya cukup luas yaitu sekitar 3 hektar dengan kedalaman rata-rata 6 m, sehingga bila dilihat sepintas mirip seperti danau. Dan Situ Leutik ini juga mempunya konsep bendungan dimana inletnya berasal dari suatu sungai kecil “solokan”. Kemudian juga disebut waduk karena situ ini berfungsi untuk menyimpan air dikala musim hujan, dan digunakan untuk air irigasi ketika musim kemarau tiba.
Pembangunan Situ Leutik ini merupakan salah satu mega proyek yang sedang dilaksanakan Pemkot Banjar, karena nilainya yang bermilyar-milyar rupiah. Karena disaat yang bersamaan Pemkot Banjar juga sedang membangun sebuah jembatan layang “fly over “ di Kecamatan langensari. Dimana jembatan dibangun untuk menyeberangi rel kereta yang dahulunya tidak memiliki pintu, sehingga dengan kerawanan kecelakaan ini dinas PU Banjar merasa pelu membangun fly over terlebih perlintasan rel kereta api ini terletak di pusat keramaian “dayeuh” kecamatan langensari.
Jadi bisa terlihat disini bahwa pembangunan-pembangunan yang dilakukan Pemkot Banjar, berasal dari visi yang cemerlang, betul-betul pemikiran yang futuristik. Ya,semoga saja pembangunan-pembangunan ini memberikan manfaat yang sangat luas bagi kota Banjar.

Kembali ke Situ Leutik

Situ Leutik terletak di kawasan yang berada di Dusun Pasirnagara dan Babakan Pace Desa Cibeureum, Kecamatan Banjar. Aksesnya cukup jauh dari pusat kota Banjar ± 20 menit ,bisa lewat balokang bisa juga lewat Ampel Koneng. Dahulunya daerah ini banyak sekali kolam-kolam milik rakyat, sampai akhirnya dinas PU Banjar mempunya gagasan untuk menjadikannya sumber pengairan. Proyek ini dimulai pada Tahun Anggaran 2007/2008, dan mempunyai nilai 12 milyar, namun saat ini (2011) dana yang terserap baru sejumlah 8 milyar rupiah. Hal ini terjadi karena adanya penghentian sementara proyek, sehingga sampai saat ini Situ Leutik belum lah 100 % rampung. Anggaran yang digunakan untuk pembangunan waduk Situ Leutik ini semuanya bersumber dari APBD Pemprv Jabar, bukan menggunakan APBD Kota Banjar. Pemprov Jabar merealisasikan usulan ini karena telah dikaji secara matang oleh Pemkot Banjar dan Pemprov Jabar. Kemudian Pemkot Banjar lewat dinas PU-nya (pelaksana teknis pembangunan) merekrut konsultan senilai 100 juta rupiah, setelah dilakukan kajian terhadap lokasi rencana konsultan itu menyatakan daerah yang direncanakan cukup potensial untuk dijadikan water storage yang mempunyai fungsi irigasi.
Kemudian semua pihak akhirnya sepakat, terutama para petani pasti akan mendukung sekali pembangunan waduk ini. Karena yang selama ini sawahnya hanya bisa tanah padi sekali setahun ( sawah tadah hujan), maka diharapkan dengan adanya pengairan dari waduk itu, sawah para petani bisa melakukan penanaman padi 3 kali dalam satu tahun. Herman Sutrisno selaku walikota Banjar menegaskan waduk ini akan mengairi areal sawah seluas 200 hektar meliputi desa Cibeureu, Balokang, dan Jajawar. Namun saat ini yang sudah dirasakan baru dapat melayani areal sawah seluas 100 hektar.
Infrastruktur itu sengaja dibangun sebagai tempat penampungan air yang didedikasikan untuk pengairan, dan selebihnya untuk sarana wisata air guna melengkapi objek wisata di Kota Banjar. Ya memang potensial sekali menjadi obyek wisata bila digarap dengan baik dan serius.  Situ Leutik bisa menjadi obyek wisata baru di wilayah Kota Banjar bagian barat. Nantinya disini bisa dijadikan tempat bersantai dan pemancingan terbesar di kota Banjar, ribuan benih ikan telah ditebar oleh instansi terkait. Begitu juga tanaman pun sudah ditancapkan, semoga saja dalam beberapa tahun yang tidak lama, kawasan waduk Situ leutik sudah rimbun dengan pepohonan.
Di 3 tahun pertama, pembangunan waduk terbilang lancar. Pembebasan tanah tidak ada halangan berarti. Di tahun pertama pemerintah mulai membebaskan lahan seluas dua belas hektare untuk situ dan bagian penunjangnya. Tentu saja proses itu dilakukan secara bertahap. Tidak ada catatan resmi dari Pemkot Banjar berapa dana yang digelontorkan pemerintah untuk pembebasan lahan tersebut. Namun, berdasarkan perkiraan Koordinator Walhi Priangan Timur Asep Nurdin, untuk pembebasan lahan setidaknya Pemkot mengucurkan dana sebe-sar Rp 3,780 miliar. Perkiraan tersebut muncul karena harga tanah di sana berkisar antara Rp 450.000 hingga Rp 500.000 per bata (1 bata setara dengan 14 meter persegi).
Memasuki tahun ke-4 (2011) masalah muncul ke permukaan, media memberitakan sangat kencang mengenani pembangunan waduk ini. Berbagai elemen masyarakat mulai merasakan adanya keganjilan pada proyek ini. Bahkan menurut salahsatu LSM yang melakukan evaluasi menilai pembangunan waduk ini tidak efisien dan disinyalir ada indikasi penggelembungan dana atau mark up.
Mereka tidak mengkritisi soal ganti rugi tanah, mereka lebih menyoroti sisi manfaat dari waduk itu sendiri. Ada keraguan waduk ini bisa melayani ratusan hektar sawah. Menurut Asep Nurdin -juga Jajang Kandar (koordinator Aliansi Masyarakat Peduli Banjar)-, air yang akan dialirkan ke situ tak berasal dari sungai besar tetapi dari sungai (tepatnya disebut selokan) mungil bernama Cibonte tadi. Lebar selokan Cibonte hanya 1,5 meter dan debitnya hanya 50 meter kubik/detik pada musim hujan. Hulu Cibonte bukan dari pegunungan, melainkan dari permukiman dan hutan rakyat. Dengan demikian, Cibonte akan kering jika hujan tak turun selama beberapa bulan.
Kemudian, air tampungan di waduk di musim kemarau tidak bisa bertahan lama. Menurut salah seorang petani setelah memasuki musim kemarau selama 1 bulan debit air menurun sebesar 50 %. Ini bisa jadi karena resapan air yang tinggi di daerah itu karena apabila penyusutan diakibatkan evaporasi pasti jumlahnya kecil. Terlihat tanah-tanah disekitar masih gersang dan tanaman-tanaman baru saja ditanam, namun belum ada penelitian lanjutan mengenai karakteristik tanah disini apakah berpori atau tidak.
Jajang Kandar, Koordinator AMPB dan Ginandjar WS, Sekjen DPD SHI mengatakan, setelah mereka melakukan pengkajian bersama disimpulkan bahwa Situ Leutik memiliki fungsi yang kecil dan tak sebanding dengan anggaran yang dikucurkan. “Angka Rp 8 M terlalu besar,” tegas keduanya yang didukung pula oleh Koordinator Walhi Priangan Timur Asep Nurdin dan Titin Kurniatin dari Paguyuban Bale Rahayat.
Bila dikaji aspek hidrologinya, waduk ini mempunyai banyak kekurangan dimana inlet ( masukan air) berasal dari sungai kecil yang mempunyai debit rendah, dan itu juga hanya lancar mengalir ketika musim hujan saja. Sumber air sungai ini seperti disebut diawal berasal dari hutan rakyat dan pemukiman masyarakat, jadi bukanlah berasal dari hulu suatu gunung/bukit.
Dan diketahui catchment area-nya (daerah tangkapan air) sedikit. Ditambahkan menurut LSM tersebut “Perkiraan kami, Situ Leutik hanya memiliki catchment area sepuluh hektare. Ini sangat resisten terhadap keutuhan hutan tangkap air. Padahal, idealnya, sebuah danau sedikitnya memiliki catchment area seluas 25 hektare. Setelah ditelusuri, letak geografis situ ternyata berada di wilayah aliran sungai kecil, bukan di wilayah ordo 1 dan 2 subdaerah aliran Sungai Ciseel dan Citanduy “.
Meskipun kondisi hidrologinya sangat lemah, dinas PU terus berupaya memperbaiki saluran drainasi di kawasan desa Cibeureum, yang tadinya dasar saluran dari tanah dan dindingnya tidak diperkuat, ssekarang dibenahi dengan menggunakan pasangan batu kali. Mungkin disini harapannya laju run off semakin tinggi dan meminimalisir infiltrasi, dengan begitu air hujan dialirkan ke waduk Situ Leutik semakin banyak.
Dengan melihat sendiri dari lokasi dan juga dari pemberitaan media massa, kalau saya simpulkan proyek ini sebenarnya menggantung dan tidak diketahui kejelasannya. Tidak tahu kelanjutan dari fungsi waduk itu sendiri, yang digembor-gemborkan diawal yaitu sebagai sarana pengairan (irigasi) dan wisata.
Menjawab berbagai kritikan dari masyarakat, Ir. H. Ojat Sudrajat, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjar membenarkan bahwa selama ini, projek tersebut sudah menyerap anggaran hingga Rp 8 M. Tetapi penggunaannya, kata dia, sangat bisa dipertanggungjawabkan. Ojat bahkan mengklaim bahwa pembangunan bendungan dan jaringan irigasi di Banjar menyerap anggaran relatif sedikit dibandingkan dengan pembangunan bendung di wilayah lain dengan kapasitas yang sama. “Apapun, saya berani mengatakan bahwa pembangunan situ mempunyai dampak yang sangat besar, mengingat Kota Banjar sangat minim tersedianya sumber mata air,” kata Ojat. Apakah pernyataan pak Ojat ini benar di kemudian hari??kita nantikan saja…
Dan juga Atas pertimbangan kelemahan-kelemahan waduk Situ Leutik ini , dengan gagah berani mereka (LSM) mendesak DPRD Kota Banjar untuk menghentikan sementara pembangunan situ, melakukan kaji ulung, dan membentuk Panitia Khusus Situ Leutik.
Dan akhirnya sekarang proyek ini terhenti, tidak ada lagi geliat pembangunan disana. Seolah-olah tidak ada lagi perawatan, karena sepenglihatan saya disana tidak ada kantor khusus untuk maintenance atau operasional waduk. Jalan akses dari pintu utama pun belum selesai dibangun, perkerasannya baru berupa fondasi bebatuan, belum diberikan perkerasan lentur ( aspal). Dengan begitu sekarang belum banyak orang menuju kesana karena memang akses jalannya belum memadai dan promosi pun belum ada. Bisa disimpulkan proyek ini menggantung dan tidak diketahui kejelasannya.
  • Mampukah waduk yang sudah menggelontorkan uang 8 milyar ini melayani sawah-sawah rakyat guna menggenjot produksi padinya?
  • Mampukah instansi terkait memelihara asset berharga ini?
  • Mampukah Pemkot Banjar menjadikan Waduk Situ Leutik menjadi Sarana rekreasi/wisata baru?
 Kalo saya pribadi sih apapun yang akan terjadi, misal ternyata waduk malfungsi untuk mengairi sawah. Pihak terkait harus mengusahakan agar si waduk benar2 bisa memberikan manfaat sesuai tujuan utamanya yaitu irigasi, soalnya sangat syang sekali dana yang keluar begitu besar namun tak ada manfaat signifikan bagi warga, karena kalo hanya untuk obyek wisata nilai 8 M sangatlah tidak wajar, mending dialihkan ke pembangunan lainnya yang lebih bermanfaat. Jangan jadikan aset besar ini mubadzir!!
Bagi yang merasa warga Banjar ada baiknya mengunjungi situ ini, yah sekedar memancing atau foto-foto. Ini loh produk Banjar, mari kita jadikan sebagai tujuan wisata.

No comments:

Post a Comment